December 26, 2012

Perbedaan Model Situasional Kepemimpinan

Sebenarnya ada beberapa model kepemimpinan, namun kali ini yang hanya saya bahas hanya Perbedaan Model Situasional Kepemimpinan:
a. Model kontigensi fiedler
Fiddler mendefinisikan efektivitas pemimpin dalam hal performa grup dalam mencapai tujuannya. Fiddler membagi tipe pemimpin menjadi 2: yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada maintenance. Dari observasi ini ditemukan fakta bahwa tidak ada korelasi konsisten antara efektifitas grup dan perilaku kepemimpinan.
b. Model Vroom jago
Vroom dan Yetton (1973) mengembangkan model kepemimpinan normatif dalam 3 kunci utama: metode taksonomi kepemimpinan, atribut-atribut permasalahan, dan pohon keputusan (decision tree). 5 tipe kunci metode kepemimpinan yang teridentifikasi (Vroom & Yetton, 1973):
Autocratic I: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang saat ini terdapat pada pemimpin.
Autocratic II: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang terdapat pada seluruh anggota kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan tujuan dari penyampaian informasi yang mereka berikan.
Consultative I: berbagi akan masalah yang ada dengan individu yang relevan, mengetahui ide-ide dan saran mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam kelompok; lalu membuat keputusan.
Consultative II: berbagi masalah dengan kelompok, mendapatkan ide-ide dan saran mereka saat diskusi kelompok berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.
Group II: berbagi masalah yang ada dengan kelompok, mengepalai diskusi kelompok, serta menerima dan menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh kelompok.
c. Model Jalur tujuan
Jalur tujuan atau path-goal adalah suatu model kontijensi kepemimpinan yang dikembangkan oleh Robert House, yang menyaring elemen-elemen dari penelitian Ohio State tentang kepemimpinan pada inisiating structure dan consideration serta teori pengharapan motivasi.
Menurut teori path-goal, suatu perilaku pemimpin dapat diterima oleh bawahan pada tingkatan yang ditinjau oleh mereka sebagai sebuah sumber kepuasan saat itu atau masa mendatang. Perilaku pemimpin akan memberikan motivasi sepanjang
membuat bawahan merasa butuh kepuasan dalam pencapaian kinerja yang efektif, dan
menyediakan ajaran, arahan, dukungan dan penghargaan yang diperlukan dalam kinerja efektif (Robins, 2002).

Bawahan sering berharap pemimpin membantu mengarahkan mereka dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain bawahan berharap para pemimpin mereka membantu mereka dalam pencapaian tujuan2 bernilai mereka. Ide di atas memainkan peran penting dalam House’s path-goal theory yang menyatakan bahwa kegiatan2 pemimpin yang menjelaskan bentuk tugas dan mengurangi atau menghilangkan berbagai hambatan akan meningkatkan persepsi para bawahan bahwa bekerja keras akan mengarahkan ke kinerja yg baik dan kinerja yg baik tsb selanjutnya akan diakui dan diberikan ganjaran.

Model kepemimpinan path-goal berusaha meramalkan efektivitas kepemimpinan dalam berbagai situasi. Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena pengaruh motivasi mereka yang positif, kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya. Teorinya disebut sebagai path-goal karena memfokuskan pada bagaimana pimpinan mempengaruhi persepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalan untuk menggapai tujuan.
d. Model harsey Blanchard
Teori kepemimpinan Hersey-Blanchard situasional, adalah teori kepemimpinan dikandung oleh Paul Hersey, seorang profesor yang menulis sebuah buku terkenal Pemimpin Situasional dan Ken Blanchard, penulis The One Minute Manager. Hersey dan Blanchard ditandai gaya kepemimpinan dalam hal jumlah perilaku tugas dan perilaku hubungan bahwa pemimpin memberikan kepada pengikut mereka. Mereka dikategorikan semua gaya kepemimpinan menjadi empat jenis perilaku,
yang mereka namakan S1 ke S4:

S1: mengatakan - ditandai dengan komunikasi satu arah di mana pemimpin mendefinisikan peran dari individu atau kelompok dan menyediakan apa, bagaimana, kapan, dan di mana untuk melakukan tugas

S2: Jual - sementara pemimpin masih memberikan arah, dia sekarang menggunakan komunikasi dua arah dan memberikan dukungan sosioemosional yang akan memungkinkan individu atau kelompok dipengaruhi untuk membeli ke dalam proses.

S3: Berpartisipasi - keputusan ini sekarang dibagi keputusan tentang aspek bagaimana tugas dicapai dan pemimpin memberikan perilaku tugas kurang tetap menjaga perilaku hubungan tinggi.

S4: Mendelegasikan - pemimpin masih terlibat dalam keputusan, namun proses dan tanggung jawab telah berpindah kepada individu atau kelompok. Pemimpin tetap terlibat untuk memantau kemajuan.

Semoga membantu teman-teman
Disqus Comments